Investor emas dan perak mungkin mengincar potensi rejeki nomplok minggu ini karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menurut analis keuangan Peter Spina, yang memimpin platform investor GoldSeek dan SilverSeek. Spina berpendapat bahwa serangan drone dan rudal baru-baru ini oleh Iran terhadap Israel pada akhir pekan dapat memicu peluang unik untuk memperoleh logam mulia dengan harga lebih murah. Ia memperkirakan meningkatnya ketegangan antara kedua negara kemungkinan akan memicu ketakutan pasar, yang berpotensi menimbulkan efek riak di sektor keuangan.
Jika terjadi penurunan pasar yang signifikan, yang biasa disebut sebagai “peristiwa likuiditas”, investor dapat beralih ke logam mulia sebagai aset safe haven untuk mengimbangi kerugian yang terjadi di tempat lain. Spina menekankan bahwa hal ini bisa menjadi peluang yang tak tertandingi untuk berinvestasi pada emas dan perak. “Harga emas mencerminkan segala macam masalah, risiko, dan sekarang premi rasa takut akan perang kemungkinan akan bertambah jika tidak ada penurunan eskalasi yang cepat terhadap peristiwa yang sangat serius ini di Timur Tengah,” kata Spina.
Antisipasi semakin tinggi seiring pasar bersiap menghadapi potensi fluktuasi. Spina mengantisipasi perdagangan awal yang kuat untuk minyak dan logam mulia, dengan Shanghai kemungkinan akan menentukan harga emas di awal minggu ini. Namun, pasar melihat awal yang beragam pada hari Senin, dengan emas berjangka bergerak menuju level tertinggi baru sementara harga perak mengalami sedikit kenaikan. Meskipun demikian, emas berhasil bertahan pada harga tertingginya di Comex, menandakan optimisme pasar yang berkelanjutan di tengah ketegangan geopolitik.
Di tengah ketidakpastian, lembaga keuangan seperti Citi optimis terhadap masa depan emas. Kenaikan harga emas baru-baru ini, didorong oleh kekhawatiran geopolitik dan rekor tingkat ekuitas, sejalan dengan proyeksi Citi mengenai valuasi sebesar $3.000 per ons selama 6-18 bulan ke depan. Daya tarik emas sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi terus mendorong permintaan emas. Analis pasar menunjuk pada faktor-faktor seperti kebijakan bank sentral global, ketegangan geopolitik, dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve sebagai pendorong utama di balik kenaikan harga emas.
Meskipun terdapat ketidakpastian pasar mengenai penyesuaian suku bunga, para analis tetap optimis terhadap prospek emas. Analis Citi, yang dipimpin oleh Aakash Doshi, mengantisipasi kenaikan harga emas yang berkelanjutan, dengan “harga dasar” keuangan bergeser jauh lebih tinggi. Sejalan dengan optimisme ini, Goldman Sachs telah merevisi target harga emasnya ke atas, mencerminkan keyakinan terhadap apa yang disebutnya sebagai “pasar bullish yang tak tergoyahkan.” Dengan melonjaknya harga emas dan meningkatnya ketegangan geopolitik, investor memantau dengan cermat perkembangan di Timur Tengah untuk mencari peluang investasi potensial.