Penelitian baru dari UT Southwestern Medical Center menyoroti peran penting glukagon, hormon yang terutama terkait dengan pengaturan kadar gula darah, dalam menjaga kesehatan ginjal. Studi ini mengungkapkan bahwa ketika reseptor glukagon dihilangkan dari ginjal tikus, gejala yang menyerupai penyakit ginjal kronis (CKD) akan muncul.
Temuan ini, yang dirinci dalam publikasi di Cell Metabolism, menawarkan wawasan baru mengenai fungsi fisiologis glukagon dan implikasinya dalam mengatasi CKD, sebuah kondisi yang tersebar luas dan mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, seperti yang dilaporkan oleh National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.
Menurut Philipp Scherer, Ph.D., Profesor Penyakit Dalam dan Biologi Sel, dan Direktur Pusat Penelitian Diabetes Touchstone UTSW, penelitian ini menggambarkan efek perlindungan glukagon yang signifikan terhadap kesehatan ginjal dan kesejahteraan metabolisme secara keseluruhan. Secara historis dikenal karena perannya dalam fungsi hati, glukagon diproduksi oleh sel pankreas selama kadar gula darah rendah, merangsang produksi glukosa di hati untuk menjadi bahan bakar sel.
Investigasi terbaru telah mengidentifikasi reseptor glukagon di ginjal, namun fungsi pastinya masih sulit dipahami sampai sekarang. Untuk menjelaskan peran reseptor glukagon berbasis ginjal, Dr. Scherer dan timnya menggunakan teknik manipulasi genetik pada tikus, membandingkan mereka yang reseptor ginjalnya dihapus dengan kelompok kontrol.
Hebatnya, tikus yang kekurangan reseptor glukagon ginjal menunjukkan spektrum patologi ginjal, termasuk peradangan, jaringan parut, dan akumulasi lipid yang mirip dengan penyakit hati berlemak. Selain itu, mereka menunjukkan peningkatan tekanan darah, disregulasi gen produksi energi, dan peningkatan stres oksidatif.
Selain itu, tikus-tikus ini menunjukkan dampak sistemik, seperti ketidakseimbangan nitrogen, gangguan elektrolit, dan masalah jantung, yang mengingatkan pada gejala CKD. May-Yun Wang, Ph.D., Asisten Profesor Penyakit Dalam dan penulis utama penelitian ini, menekankan kemiripan temuan ini dengan observasi klinis pada pasien CKD, dengan menyoroti penurunan reseptor glukagon ginjal.
Studi ini mendorong penyelidikan lebih lanjut mengenai apakah berkurangnya jumlah reseptor mendahului atau timbul dari patologi ginjal, sebuah pertanyaan penting untuk penelitian di masa depan, Dr. Wang mencatat. Sementara itu, penggabungan glukagon dalam uji klinis tahap akhir untuk pengobatan obesitas dan diabetes menawarkan jalan yang menjanjikan. Uji coba ini menunjukkan adanya perbaikan pada kesehatan ginjal, selaras dengan temuan penelitian tersebut, Dr. Scherer menyimpulkan.